Aku cuma perlu duduk manis kan di sana, lihat kamu kerja.
Aku seneng kok kalau kamu disana karena aku percaya kalau
kamu di sana, kamu aman, aku juga, kita aman.
Terus sesekali, kamu lempar senyum, aku balas senyum. Kita tersenyum.
Kita tersenyum karena kita sama-sama melihat dan kita sama-sama tahu bahwa kita
seharusnya baik-baik saja.
Aku bisa menyentuhmu, memelukmu, menciummu. Karena itu yang
aku suka.
Kalau kita berjauhan lama, saat ini, kalau aku duduk diam
dengan manis dan memandangmu bekerja, aku tahu bahwa aku berada di tempat yang
tepat.
Aku bisa melihatmu berkeringat, bajumu basah diguyur
keringat. Lihat, lihat! Peluhmu mengalir dari pelipis. Kau menyekanya cepat
dengan baju lengan kanan atau kirimu.
Betul, betul, kau terlihat kotor, sedikit dekil, dan berbau. Tapi
hal itu menyadarkanku bahwa itu kamu, ada nyata di depanku. Bisa kusentuh,
kupeluk, dan kucium.
Kalau waktunya tiba aku untuk pulang, aku tak ingin pulang. Waktu
kita bersama, cepat kali berlalu.
Kau harap, aku harap, dan kita sama-sama berharap agar ada
hari esok untuk kita bertemu lagi, ada kesempatan secepatnya supaya kita
bertatap muka dengan muka.
Karena rindu tidak juga usai dibalas. Kadang kala
mata-beradu-mata, ada sejuta arti di sana, tapi satu yang paling menonjol,
mengatakan, “Aku cinta kamu.”
Jadi aku selalu menunggu, duduk manis di sini, saat kamu
menjemput aku. Karena kita sama-sama memahami bahwa kita saling mencintai.