Sebuah kisah klasik

Beberapa cerita murni untuk guyonan atau sekedar melepas kejenuhan. Ada juga diambil dari kisah nyata, pengalaman hidup diri sendiri maupun orang lain, dengan penambahan beberapa imajinasi sebagai fantasi.



Akhir kata, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.



Harapan penulis, semoga pembaca menikmati kisah-kisah yang ada di blog ini.



Selamat membaca...

Senin, 16 Mei 2011

TUHAN, Tolong...


Sebenarnya, untuk menulis setiap satu kata di cerita kali ini seperti tiap sayatan pisau yang mengiris hati.
Setiap ketikan hanyalah seperti tetesan air mata di pipiku yang nggak bisa berhenti mengalir biar kuhapus berkali-kali.

Aku mencintai dia, hanya dia yang kucinta. Belum pernah kutemukan seseorang seperti dia.

Tiap kali di benakku, aku ingin selalu bersama dia, melewati hari demi hari dengannya dan menghabiskan waktuku bersama dia. Tapi kenyataannya nggak bisa. Nggak pernah bisa, sampai saat ini.

Aku hidup dibalik bayang-bayang. Aku hidup melawan bayang-bayang. Aku nggak mungkin bisa menang. Bayang-bayang itu membututi, mengejarnya ke manapun dia pergi. Aku nggak bisa melawan bayang-bayang. Sesuatu yang nggak nyata, sesuatu yang ada tapi tak tersentuh. Bayang-bayang itu adalah masa lalunya.
Jadi, bagaimana aku melawannya?

Aku melihat tubuhnya tapi aku nggak merasakan dia benar-benar ada di sini.
Aku menatap matanya tapi tak ada pancaran sinar di sana.
Aku melihat hidungnya, ia bagai tak bernafas.

Pujaan hatiku, aku bersamanya tapi tak bisa menyentuhnya. Aku melihat pundakmu, kau tak menoleh. Kau berjalan terus. Bahkan, kau tak peduli, mampukah aku menyamai langkahmu?

Aku berjongkok seperti anak kecil.
Pujaan hatiku, di mana kamu? Aku tertinggal di sini. Sendirian dan sepi.

Pujaan hatiku, kutulis semua kata-kata ini dengan mencucurkan air mata.
Pujaan hatiku, kurangkai semua kata-kata ini dengan hati yang pilu.

Bilamana kau disana merindukan aku juga?
Merasakannya juga?

Aduh, jeritku...
Tolonglah TUHAN...
Aku ingin Pujaan hatiku kembali, di sini bersamaku
Aduh, keluhku...
Tolonglah TUHAN
Kembalikan tubuh dan jiwanya
Aku ingin bersamanya
TUHAN...
KAU yang begitu mengerti aku
KAU tahu apabila aku menangis
KAU tahu kapan aku sedih
Tapi mengapa TUHAN, Pujaan hatiku harus pergi
Beri aku kesempatan untuk mendengar
Setiap jawaban dari semua pertanyaanku
Beri aku kesempatan untuk mendengar
Setiap pembelaan dari semua tuduhanku
Beri aku kesempatan untuk mendengar
Setiap alasan dari semua prasangkaku

TUHAN...
Kalau KAU beri aku seseorang untuk dicintai, mengapa sulit bagi kami untuk bersama? Mengapa sulit bagiku untuk memilikinya?

TUHAN...
Kalau KAU beri aku seseorang untuk dicintai, mengapa kau biarkan aku melihatnya dengan perempuan lain? Mengapa KAU biarkan senyumnya dan tawanya menjadi milik orang lain?

TUHAN...
Kalau KAU beri aku seseorang untuk dicintai, mengapa rasanya terlalu sakit? Mengapa rasa manis itu hanya boleh kukecap tapi tak pernah kutelan?

Aku berseru, jiwaku sakit.
Aku berseru, jiwaku tertekan.
Aku berseru, jiwaku ngilu.

Aduh, aku menangis lagi.
Menangis dan menangis.

Hari ganti hari aku berdiri di depan pintu, menunggu dan tetap menunggu.
Aku berharap dia kembali.

Pujaan hatiku, bila kau membaca tulisan itu, ketahuilah, aku begitu mencintaimu. Aku nggak pernah mau kehilanganmu. Bila saja kau tahu betapa besar cintaku kepadamu...
Kau yang pertama dan yang terakhir. Tak mudah bagiku menemukanmu.
Aduh, kau ini. Datang tanpa permisi dan pergi tanpa pamit. Kau biarkan aku di sini sendiri.

Pujaan hatiku, mengapa kau terlihat begitu senang bersamanya? Tiap kata-katamu padanya menyayat hatiku. Tak tahukah kau bahwa aku cemburu? Tak tahukah kau bahwa aku sakit?

Aku ingin menciummu tapi kau menciumnya.
Aku ingin memelukmu tapi kau memeluknya.
Aku ingin memegang tanganmu tapi kau memegang tangannya.
Aku ingin bercanda denganmu tapi kau bercanda dengannya.
Aku ingin memandangmu tapi kau memandangnya.
Aku mencintaimu tapi kau mencintainya.

Kau bilang kau cinta, kau bilang kau sayang, kau bilang kau mengasihiku.
Kuterima semua janjimu, aku percaya.
Tapi kepercayaan itu seperti terobek dari kulitku dan kau tak sadar.

Aduh, mataku...
Kenapa kau mesti melihat hal itu?
Aduh telingaku...
Kenapa kau mesti mendengar hal itu?

Kau bilang padanya, setiap kejadian dengannya tak bisa kau lupakan.
Kau bilang padanya kau menunggunya.
Kau bilang padanya bahwa kau...

Argh...!
Aku marah aku sedih
Aku tertawa karena frustasi
Aku menangis menenangkan diri

Aduh TUHAN, salahkah aku mencintainya?
Bukannya cinta itu datangnya dariMU?
Tolong TUHAN, beri aku tahu, beri aku jawab.
AlasanMU kali ini?
Ujian dariMU...

Aku telah diuji mat
Dalam fisika aku tak kalah
Aku mencoba mengerti biologi
Dan aku menyukai kimia

Aku terhimpit si suatu celah.
Di antara sela-sela dirimu dan dirinya aku hadir.
Akankah kusesali pertemuan kita?
Atau
Kutangisi perpisahan kita?
Mungkinkah
Kusyukuri saat kita bersama?

TUHAN, katakan padaku.
Salahkah aku ada?
Salahkah aku hadir saat ini?
TUHAN, aku menangis.
Tengokkanlah wajahMU padaku.
Jangan berpaling padaku ya TUHAN.
Sedengkanlah telingaMU padaku.
Untuk mendengar setiap jerit dan keluhku.

Tolong TUHAN, aku mencintainya...
KAU rasakan cintaku.
KAU rasakan cemburuku.
KAU rasakan sedihku.
KAU rasakan marahku.

TUHAN, aku tersiksa, batinku menderita.
Kapankah semua akan berakhir?
Kapankah badai ini berlalu?
TUHAN, ombak yang KAU buat apakah terlalu besar?
Hingga sampai-sampai aku tak dapat mengarunginya?
TUHAN, gunung yang KAU ciptakan apakah terlalu tinggi?
Hingga sampai-sampai aku tak dapat mendakinya?

TUHAN...
Sampai kapan air mata ini mengalir?
Sampai kapan aku harus menahan semua perasaanku?
Menyatakannya saja adalah hal yang terlarang.
Mengungkapkannya saja adalah hal yang tabu.
Meraihnya saja adalah hal yang mustahil.
Menangkapnya saja aku tak mampu.
Mengejarnya saja aku tak bisa.

TUHAN, sungguh...
Bilamanakah waktuku tiba?
Aku ingin segera mengakhirinya TUHAN.
Aku ingin mencapai garis akhir, sesegera mungkin.
TUHAN, panggilku.
TUHAN, panggil aku.
TUHAN, panggil aku pulang.
TUHAN, panggil aku pulang untuk kembali.
TUHAN, panggil aku pulang untuk kembali bersamaMU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar