Sebuah kisah klasik

Beberapa cerita murni untuk guyonan atau sekedar melepas kejenuhan. Ada juga diambil dari kisah nyata, pengalaman hidup diri sendiri maupun orang lain, dengan penambahan beberapa imajinasi sebagai fantasi.



Akhir kata, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.



Harapan penulis, semoga pembaca menikmati kisah-kisah yang ada di blog ini.



Selamat membaca...

Selasa, 31 Agustus 2010

Unpredictable part 9 (End)

Aku membuka mataku, sinar terang langsung menyerbu penglihatanku membuat mataku harus menyesuaikan selama beberapa detik.
Wajah pertama yang kulihat langsung menyapaku.
"Halo, sayang. Akhirnya kamu sadar juga. Bagaimana keadaan kamu sekarang?" suara wanita yang lembut itu terdengar familiar. Aku mengerjapkan mata beberapa kali.
Ruangan ini putih bersih dengan cahaya yang gemilauan.
"Di mana aku?" aku meringis sakit menyadari kepalaku terbebat perban tebal.
"Di rumah sakit sayang, sebentar..." wanita itu keluar setelah mengusap tanganku lembut, seperti takut itu akan patah kalau disentuh olehnya. Tak lama kemudian dia kembali dengan dua orang pria dan seorang wanita yang lain yang wajahnya sama dengan wajah wanita yang pertama.
Mengapa wajah mereka begitu sama? batinku.
"Halo sayang..." pria yang lebih tua menyapa dengan senyum penuh kelegaan, seperti baru saja lepas dari beban berat.
"Halo," balasku membalas senyumnya.
Pria yang lebih muda dan tampan maju mendekat. Di seutuhnya lembut, sangat lembut tanganku, seolah-olah itu hal yang sangat rapuh. Aku mencoba mengangkat tanganku, namun gips besar dan tebal membuat aku harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menggerakkannya, tapi usaha sia-sia, terlalu lemah aku.
Semua mata memandangku.
"Kalian siapa?" tanyaku bingung, mulai sedikit rasa takut ada padaku.
"Aku mamamu dan dia papamu sayang, apa kau lupa?" kata wanita pertama.
"Dan aku kakakmu, Kak Irfan, ingat?" pria tampan itu masih memegang tanganku. Aku mengangguk mengiyakan. Wajahnya yang tampan membuat aku seperti tersihir.
"Dan siapa dia?" daguku ku arahkan ke wanita yang mirip dengan orang yang mengaku mamaku.
"Dia Tante Diana."
"Mengapa kalian begitu mirip?" aku benar-benar ingin tahu.
"Kami kembar sayang."
Aku mengangguk sedikit tanda mengerti.
"Lalu apa katamu tadi, aku di rumah sakit? Memangnya, apa yang terjadi denganku?"
aku mulai kebingungan sendiri.
"Kamu kurang berhati-hati sayang, kamu kecelakaan dan sudah dua hari ini tidak sadarkan diri, syukurlah kamu sadar sekarang," pria yang mengaku papaku tersenyum di akhir kata-katanya. Wajah yang membuat aku tersenyum juga padanya.
"Bagaimana keadaanmu sekarang Fraya? Apa lebih baik?" pria tampan yang ternyata adalah kakakku berhasil mengalihkan perhatianku dari papa kepadanya.
"Aku baik Kak Rifan. Ngomong-ngomong, Fraya itu siapa?"
Pertanyaan terakhirku membuat semua diam dan menatapku dengan kekagetan.
"Kalau kalian mengenalku, lalu aku ini siapa?"

2 komentar: